Kamis, 23 November 2017

pembahasan studi kasus



BAB II
PEMBAHASAN


A. Pendekatan Umum Pendesainan Studi Kasus
1. Pengertian Studi Kasus
Menurut Yin (2015) studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak secara tegas atau jelas dan menggunakan berbagai sumber atau multisumber bukti. Penelitian studi kasus mencakup studi-studi kasus tunggal dan multikasus.
Studi kasus dapat diartikan sebagai: an intensive, holistic description, and analysis of a single instance, phenomenon, or social unit. Pengertian tersebut memberikan penjelasan bahwa pada dasarnya studi kasus adalah suatu strategi penelitian yang mengkaji secara rinci atas suatu latar atau satu orang subjek atau satu peristiwa tertentu.
Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni penyajikan pandangan subjek yang diteliti sehingga dapat ditemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga keterpercayaan (trustworthiness). Dipilihnya studi kasus sebagai rancangan penelitian karena peneliti ingin mempertahan-kan keutuhan subjek penelitian. Peneliti juga beranggapan bahwa fokus penelitian kualitatif biasanya akan lebih mudah dijawab dengan desain studi kasus.
Studi kasus sendiri merupakan bagian dari penelitian kualitatif. Jadi, sebuah penelitian yang menggunakan studi kasus sejatinya hanya menggunakan desain atau rancangan studi kasus, adapun pendekatannya tetap mengacu pada pendekatan kualitatif. Alasan digunakannya pendekatan kualitatif sebagai pendekatan penelitian adalah karena peneliti melihat sifat dari masalah diteliti yang dapat berkembang secara alamiah sesuai dengan kondisi dan situasi di lapangan. Peneliti juga berkeyakinan bahwa dengan pendekatan alamiah, penelitiannya akan menghasilkan informasi yang lebih kaya.
Jadi, dipilihnya pendekatan kualitatif sebagai pendekatan penelitian karena peneliti berkeinginan untuk memahami dunia makna subjek penelitian secara mendalam. Rancangan penelitian dibuat sebagaimana umumnya rancangan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, yang umumnya bersifat sementara dan lebih banyak memperhatikan pembentukan teori substantif dari data empiris yang akan didapat di lapangan.
Untuk itu, desain penelitian dikembangkan secara terbuka dari berbagai perubahan yang diperlukan sesuai dengan kondisi lapangan. Hal ini penting untuk dijelaskan, mengingat penelitian kualitatif merupakan penelitian yang didesain dalam kondisi dan situasi alamiah (naturalistic) sehingga dapat ditemukan kebenaran dalam bentuk yang semurni-murninya tanpa mengalami distorsi yang disebabkan oleh instrumen dan desain penelitian. Karena instrumen dan desain penelitian cenderung mengkotak-kotakkan manusia dalam kerangka konsepsi yang kaku.

2. Pengertian Desain Penelitian
Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian, hal ini penting karena desain penelitian merupakan strategi untuk mendapatkan data yang dibutuhkan untuk keperluan pengujian hipotesis atau untuk menjawab pertanyaan penelitian dan sebagai alat untuk mengontrol variabel yang berpengaruh dalam penelitian.
Sebagai defenisi ringkas, desain penelitian sebagai suatu rencana yang membimbing peneliti dalam proses pengumpulan, analisis, dan interpretasi observasi. Desain penelitian merupakan model pembuktian logis yang memungkinkan peneliti untuk mengambil inferensi mengenai hubungan kasual antarvariable dalam suatu penelitian. Desain penelitian juga menentukan ranah kemungkinan generalisasi apakah interpretasi yang dicapai dapat digeneralisasikan terhadap suatu populasi yang lebih besar atau kondisi-kondisi yang berbeda. Tujuan pokok dari desain penelitian adalah membantu peneliti menghindari data yang tak mengarah ke pertanyaan-pertanyaan awal penelitian.

3. Komponen-Komponen Desain Penelitian
Untuk studi kasus, ada lima komponen desain penelitian studi yang sangat penting, yaitu:
a. Pertanyaan penelitian
Meskipun pertanyaan berfariasi, tetapi bentuk pertanyaan sebaiknya berkenaan dengan : siapa, apa, dimana, bagaimana, dan mengapa. Selanjutnya hakikat pertanyaan – pertanyaan tersebut diklarifikasikan secara persis dalam penelitian.
b.  Proposisinya, jika ada
Proposisi mengarahkan perhatian peneliti kepada sesuatu yang harus diselidiki dalam ruang lingkup studinya. Contoh: peneliti mungkin berpikir bahwa organisasi bekerja sama untuk sebuah keuntungan timbal balik yang besar. Proposisi ini mencerminkan isu teoritis penting dan juga menyatakan kepada peneliti dimana ia harus mencari bukti yang relevan.
c. Unit-unit analisis
Unit analisis berkaitan dengan masalah penentuan apa yang dimaksud dengan “kasus” dalam penelitian. Contoh studi kasus tentang pasien histeria atau pemimpin yang otoriter. Pada situasi seperti ini, perorangan merupakan kasus yang akan dikaji, dan individu tersebut merupakan unit analisis. Sehingga informasi mengenai setiap individu yang relevan dikumpulkan.
d. Logika yang mengaitkan data dengan proposisi
Penjodohan pola merupakan cara mengaitkan data dengan proposisi, penjodohan pola adalah pengelompokkan jenis-jenis data dalam satu kategori atau proses koding.
e. Kriteria untuk menginterpretasi temuan
Setelah pola-pola dijodohkan atau dikategorikan maka diharapkan agar pola-pola tersebut memberikan gambaran yang cukup jelas tentang perbedaan gambaran sehingga temuan-temuan dapat diinterpretasikan dengan baik. Kriteria penetapan kualitas desain penelitian sangat berpengaruh terhadap suatu penelitian. Demikian juga untuk penelitian studi kasus. 

4. Kriteria Kualitas Desain Penelitian
Kriteria kualitas desain penelitian berkaitan dengan:
a. Validitas konstruk yakni menetapkan ukuran operasional yang benar untuk konsep-konsep yang akan diteliti. Dalam studi kasus, dapat digunakan teknik multisumber bukti, memberikan kesempatan kepada informan kunci untuk meninjau kembali draft laporan studi kasus yang bersangkutan.
b. Validitas internal merupakan hubungan sebab-akibat, dimana kondisi-kondisi tertentu diperhatikan guna mengarahkan kondisi-kondisi lain, untuk membedakan dari hubungan semu.
c. Validitas eksternal yaitu menetapkan ranah dimana temuan suatu penelitian dapat divisualisasikan.
d. Realibitas  yaitu bahwa suatu penelitian seperti prosedur pengumpulan data dapat diinterpretasikan dengan hasil yang sama pada waktu yang berbeda.
  
B. Desain - Desain Studi Kasus 
Sementara itu, Yin membagi penelitian studi kasus secara umum menjadi 2 (dua) jenis, yaitu penelitian studi kasus dengan menggunakan kasus tunggal dan jamak/ banyak. Disamping itu, ia juga mengelompokkannya berdasarkan jumlah unit analisisnya, yaitu penelitian studi kasus holistik (holistic) yang menggunakan satu unit analisis dan penelitian studi kasus terpancang (embedded) yang menggunakan beberapa atau banyak unit analisis. Penelitian studi kasus disebut terpancang (embedded), karena terikat (terpancang) pada unit-unit analisisnya yang telah ditentukan. Unit analisis itu sendiri dibutuhkan untuk lebih memfokuskan penelitian pada maksud dan tujuannya. Penentuan unit analisis ditentukan melalui kajian teori. Sementara itu, pada penelitian studi kasus holistik, penelitian dilakukan lebih bebas dan terfokus pada kasus yang diteliti dan tidak terikat pada unit analisis, karena unit analisisnya menyatu dalam kasusnya itu sendiri.
Jika dikaitkan antara kedua cara pengelompokkan tersebut, maka jenis-jenis penelitian studi kasus dapat disusun ke alam suatu matriks 2 x 2. Dengan demikian, menurut Yin  penelitian studi kasus dapat terdiri dari 4 (empat) jenis. Untuk lebih jelasnya, hubungan antar kedua pengelompokkan tersebut, perhatikan tabel jenis-jenis penelitian studi kasus berikut ini:
Holistik (unit analisis tunggal) 
Tipe 1                    
Tipe 3
Terjalin (unit multianalisis)
Tipe 2                    
Tipe  4

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat 4 (empat) jenis penelitian studi kasus, yaitu:

1. Penelitian studi kasus tunggal holistik (jenis 1 dan 2)
Penelitian studi kasus tunggal holistik (holistic single-case study) adalah penelitian yang menempatkan sebuah kasus sebagai fokus dari penelitian. Yin menjelaskan bahwa terdapat 5 (lima) alasan untuk menggunakan hanya satu kasus di dalam penelitian studi kasus, yaitu:
a. Kasus yang dipilih mampu menjadi bukti dari teori yang telah dibangun dengan baik. Teori yang dibangun memiliki proposisi yang jelas, yang sesuai dengan kasus tunggal yang dipilih sehingga dapat dipergunakan untuk membuktikan kebenarannya.
b. Kasus yang dipilih merupakan kasus yang ekstrim atau unik. Kasus tersebut dapat berupa keadaan, kejadian, program atau kegiatan yang jarang terjadi, dan bahkan mungkin satu-satunya di dunia, sehingga layak untuk diteliti sebagai suatu kasus.
c. Kasus yang dipilih merupakan kasus tipikal atau perwakilan dari kasus lain yang sama. Pada dasarnya, terdapat banyak kasus yang sama dengan kasus yang dipilih, tetapi dengan maksud untuk lebih menghemat waktu dan biaya, penelitian dapat dilakukan hanya pada satu kasus saja, yang dipandang mampu menjadi representatif dari kasus lainnya.
d. Kasus dipilih karena merupakan kesempatan khusus bagi penelitinya. Kesempatan tersebut merupakan jalan yang memungkinkan peneliti untuk dapat meneliti kasus tersebut. Tanpa adanya kesempatan tersebut, peneliti mungkin tidak memiliki akses untuk melakukan penelitian terhadap kasus tersebut.
e. Kasus dipilih karena bersifat longitudinal, yaitu terjadi dalam dua atau lebih pada waktu yang berlainan. Kasus yang demikian sagat tepat untuk penelitian yang dimaksudkan untuk membuktikan terjadinya perubahan pada suatu kasus akibat berjalannya waktu.
Sementara itu, perbedaan antara penelitian studi kasus holistik (jenis 1) dan terpancang (jenis 2) adalah pada jumlah unit analisis yang digunakan. Pada jenis yang pertama, jumlah unit analisis yang digunakan pada umumnya hanya satu atau bahkan sama sekali unit analisisnya tidak dapat dijelaskan, karena terintegrasi dengan kasusnya. Dalam penelitian studi kasus yang demikian, unit analisis tidak dapat ditentukan karena kasus tersebut juga sekaligus merupakan unit analisis dari penelitian.
Sedangkan jenis yang kedua, penelitian studi kasus terpancang memiliki unit analisis lebih dari satu. Hal ini dapat terjadi karena didasari oleh hasil kajian teori yang menuntut adanya lebih dari satu unit analisis. Tuntutan penggunaan lebih dari satu unit analisis biasanya disebabkan oleh tujuan penelitian yang ingin menjelaskan hubungan secara komprehensif dan detail setiap bagian dari kasus secara lebih mendalam. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa semakin banyak jenis unit analisis yang digunakan, sifat alamiah penelitian akan semakin kabur, karena cenderung menjadi penelitian yang terikat pada keberadaan unit analisisnya.

2. Penelitian studi kasus jamak (jenis 3 dan 4)
Pada dasarnya, penelitian studi kasus jamak adalah penelitian yang menggunakan lebih dari satu kasus. Penggunaan jumlah kasus lebih dari satu pada penelitian studi kasus pada umumnya dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih detail, sehingga diskripsi hasil penelitian menjadi semakin jelas dan terperinci. Hal ini juga didorong oleh keinginan untuk mengeneralisasi konsep atau teori yang dihasilkan. Dengan kata lain, penggunaan jumlah kasus yang banyak dimaksudkan untuk menutupi kelemahan yang terdapat pada penggunaan kasus tunggal, yang dianggap tidak dapat digeneralisasikan.
Proses analisis pada penelitian studi kasus jamak berbeda dengan penelitian kuantitatif yang menggunakan jumlah responden yang banyak. Pada peneltian kuantitatif, data dari responden dapat diolah secara terintegrasi dengan formula tertentu, sehingga menghasilkan satu kesatuan konsep dalam bentuk model hubungan antar data. 
Di dalam penelitian studi kasus jamak, Yin menyarankan menggunakan logika replikasi sebagai pendekatan di dalam proses analisisnya. Pada proses ini, setiap kasus harus mengalami prosedur penelitian yang sama, hingga menghasilkan hasil penelitiannya masing-masing. Selanjutnya, hasil dari masing-masing penelitian di perbandingkan, untuk menentukan kesamaan dan perbedaannya. Hasilnya dipergunakan untuk menjelaskan pertanyaan penelitian pada umumnya dan khususnya pencapaian atas maksud dan tujuan penelitian.
Jika dibuatkan dalam suatu diagram, jenis-jenis penelitian studi kasus menurut Yin dapat dilihat pada gambar diagram pada halaman berikut. Pada diagram tersebut juga dapat dilihat contoh judul-judul penelitian yang menggambarkan isi dari masing-masing jenis. Contoh penelitian studi kasus holistik tunggal yang diberikan dengan judul ‘Kemacetan Lalu-lintas di Kawasan Malioboro, Yogyakarta’, dan jamaknya adalah ‘Kemacetan Lalu-lintas di Kawasan Gejayan dan Malioboro, Yogyakarta’, menunjukan adanya keterpaduan antara kasus dengan lokasi penelitiannya sebagai suatu penelitian yang holistik. Sementara itu, contoh untuk penelitian studi kasus terpancang tunggal yang berjudul ‘Pencampuran Moda Transportasi Sebagai Penyebab Kemacetan, Studi Kasus: Kawasan Malioboro, Yogkyakarta’, dan contoh jamaknya adalah ‘Pencampuran Moda Transportasi Sebagai Penyebab Kemacetan, Studi Kasus: Kawasan Malioboro dan Gejayan, Yogkyakarta’, menunjukkan adanya penggunaan istilah ‘studi kasus’.
 Penggunaan istilah tersebut secara khusus untuk menunjukkan bahwa kasus yang dipergunakan bersifat sebagai sarana (instrumen) pembukti atas konsep atau teori peneliti. Sementara judul utamanya ‘Pencampuran Moda Transportasi Sebagai Penyebab Kemacetan’ menggambarkan unit analisis yang mengikat (memancang) fokus penelitiannya. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar